Laporan Jurnalistik Kuliah Tamu: "Dari Pangeran Petjah Koelit ke Obat Alternatif Malaria: 30 Tahun Penulisan Sejarah Indonesia"

Materi yang berjudul “Dari Pangeran Petjah Koelit ke Obat Alternatif Malaria: 30 Tahun Penulisan Sejarah Indonesia” disampaikan oleh Prof. William Bradley Horton, Ph.D. dari Akita University. Jepang. Beliau sering sekali diundang menjadi pembicara pada seminar yang diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Sejarah, Universitas Airlangga karena beliau juga merupakan Adjunct Profesor Prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga. Adapun yang menjadi moderator pada seminar kali ini adalah Sarkawi B. Husain selaku Dosen Prodi Ilmu Sejarah, Universitas Airlangga.

Pada awal penyampaian materi, Prof. William menyampaikan mengenai perannya dalam menulis buku yang berjudul The Hero of Batavia; Discourses The Rebellion Pieter Erberveld atau Pahlawan dari Batavia; Narasi Pieter Erberveld Melawan Kompeni. Prof. William tidak sendirian dalam menulis buku ini, melainkan bersama Mayumi Yamamoto dan buku ini juga mengandung 2 versi bahasa, yaitu Inggris dan Indonesia. Makanya tidak heran jika buku tersebut memiliki dua cover depan dan belakang dengan dua judul berbeda. Secara singkat, buku tersebut menceritakan mengenai perjuangan seorang blasteran dari Jerman-Thai (Siam) yang bernama Pieter Erberveld dalam menentang pemerintah kolonial Hindia Belanda di Batavia.

Selain itu, Prof. William juga pernah terlibat dalam meneliti tentang Jugun Ianfu (pelacur zaman pendudukan militer Jepang). Namun, beliau bersama istrinya mengalami banyak hambatan dalam menulis tersebut mengingat hal itu adalah yang tabu. Tidak semudah itu dalam menulisnya meskipun pembahasan ini sangat menarik itu dikaji. Jugun Ianfu banyak terjadi di negara-negara pendudukan Jepang saat era Perang Dunia II, seperti Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia, dan negara-negara lainnya. Setiap negara tersebut juga memiliki karakteristiknya sendiri dalam praktik Jugun Ianfu-nya. Sekali lagi, pembahasan ini terlalu berisiko untuk dibahas dan berbahaya bagi “penggunanya”. Orang Jepang pun sepertinya tidak ingin mengkaji hal ini sehingga seakan-akan ingin melupakannya.

Prof. William memiliki banyak pengalaman di bidang kearsipan sehingga beliau mengetahui seluk beluknya. Beliau juga banyak meneliti di kearsipan Britania Raya dan Australia. Selain itu, Prof. William pernah mengkaji mengenai wilayah Timor-Timur. Patut diketahui bahwa negara tersebut banyak berkonsolidasi dengan pihak Australia dan Portugis untuk memecah belah persatuan. Tidak hanya itu, Prof. William menyukai karya-karya sastra Indonesia. Beliau memberikan contohnya, seperti Roman Panjaroba Palawidja karya Karim Halim. Buku ini berisikan mengenai kisah cinta untuk mempersatukan masyarakat pribumi dengan penduduk Cina atau Jepang. Karena ceritanya tersebut, buku ini pernah ditolak mentah-mentah oleh orang lain karena steriotif penjajahan Jepang yang hanya berisi propaganda. Ada pula buku lain yang berjudul Patjar Kuning, terbitan tahun 1940 di Yogyakarta. Buku tersebut mengisahkan mengenai peran seorang detektif dalam menginvestigasi kematian seorang penduduk pribumi setelah ditangkap dan menjadi tahanan rumah. Selain itu, beliau juga pernah dimintakan perannya dalam penulisan sebuah buku, misalnya buku The Ensyclopedia of Indonesia in the Pasific War.

Masih banyak lagi hal-hal yang perlu dikaji pada peristiwa-peristiwa masa pendudukan Jepang di Indonesia. Namun, hal itu sulit diteliti karena terbatasnya sumber-sumber. Salah satunya adalah kajian mengenai permasalahan kesehatan seperti penyakit Malaria pada masa pendudukan Jepang. Ada juga pembahasan tentang perempuan Jepang pada masa pendudukan Jepang. Namun, hal itu juga sulit untuk dikaji. Mayoritas hal-hal yang berkaitan dengan wanita adalah peran wanita penghibur saja. Meskipun demikian, ada juga peran seorang wanita Jepang yang datang ke Surabaya untuk menjadi seorang perawat pada waktu itu. Ada pula yang sekadar melakukan penelitian dan liburan di Indonesia.

Setelah sesi penyampaian materi, Prof. William menginginkan banyak sesi diskusi dengan para mahasiswa. Alhasil, banyak muncul pertanyaan yang ditujukan kepada beliau. Salah satunya adalah pertanyaan dari Saya sendiri mengenai kondisi di pulau Hawai, Amerika Serikat saat era Perang Dunia II. Hawai terkenal dengan aktivitas gunung berapinya di sana. Pertanyaannya, apakah dengan adanya aktivitas tersebut, pangkalan Angkatan Laut Amerika pernah terganggu saat era Perang Dunia II? Beliau menjawab dengan jujur bahwa beliau belum mengetahui seputar aktivitas gunung berapi yang menggangu jalannya perang tersebut. Namun, beliau mengatakan bahwa mungkin sesuatu pernah terjadi di sana saat era Perang Dunia II selain insiden Pearl Harbour mengenai serangan Jepang sehingga beliau menyarankan Saya untuk melakukan penelitian selama dua bulan di Hawai. Penelitian tersebut sangat jarang ditemui, bahkan mungkin belum ada yang meneliti sehingga beliau sangat tertarik dengan adanya pembahasan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Historiografi Kolonial: Sejarah Indonesia dari Perspektif Belandasentris